www.pantaupublik.id – Dalam upaya mendukung kampus yang inklusif, Universitas Negeri Padang (UNP) kembali menyediakan layanan Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2025. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa mahasiswa penyandang disabilitas, khususnya tuna rungu, dapat berpartisipasi penuh dalam kegiatan kampus tanpa kendala.
Layanan JBI yang disediakan selama PKKMB ini menunjukkan komitmen UNP untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua mahasiswa. Dengan adanya JBI, komunikasi antara penyandang disabilitas dan rekan-rekan mereka menjadi lebih dinamis dan efektif.
Kasubdit Organisasi dan Kesejahteraan Mahasiswa UNP, Medris, S.Kom., M.CIO., mengungkapkan bahwa tahun ini, terdapat tujuh mahasiswa baru penyandang disabilitas yang terdaftar dalam pelaksanaan PKKMB. Dari jumlah tersebut, lima orang mengikuti kegiatan di Gugus 1, sedangkan dua lainnya di Gugus 2, yang menunjukkan peningkatan partisipasi mahasiswa disabilitas di kampus.
Mendorong Inklusi di Kampus Melalui Layanan JBI
Layanan JBI ini merupakan bagian dari komitmen UNP untuk mendorong inklusi di lingkungan akademik. Dengan menyediakan JBI, UNP berupaya untuk menjamin bahwa setiap mahasiswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, dapat menikmati hak mereka untuk pendidikan yang setara.
Sebagaimana diungkapkan oleh Medris, keberadaan JBI sangat penting untuk mendukung kedatangan mahasiswa baru penyandang disabilitas. “Kami percaya bahwa setiap mahasiswa berhak untuk mendapatkan akses yang sama dalam setiap kegiatan akademik dan non-akademik,” tegasnya.
Melalui penyediaan JBI, UNP tidak hanya memenuhi tuntutan aksesibilitas, tetapi juga menunjukkan kemajuan dalam memahami pentingnya dukungan bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus. Ini adalah langkah strategis dalam menciptakan budaya kampus yang lebih terbuka dan mencintai keberagaman.
Pendidikan dan Pelatihan untuk Juru Bahasa Isyarat
Keberadaan JBI tidak hanya sekadar tugas, tetapi juga merupakan profesi yang memerlukan pelatihan dan pengembangan keterampilan. Salah satu JBI yang bertugas, Dila, menjelaskan bahwa mereka telah menjalani serangkaian pelatihan sebelum terjun di lapangan.
Proses pelatihan ini meliputi kelas teori serta praktik yang memadai, yang bertujuan untuk mempersiapkan JBI dalam menjalankan tugas mereka. “Setelah menjalani pelatihan, kami harus menjalani magang sebagai JBI volunteer sebelum mendapatkan sertifikat resmi,” jelas Dila.
Pengalaman ini tidak hanya memperkaya keterampilan JBI, tetapi juga memberikan wawasan tentang tantangan dan cara berkomunikasi dengan mahasiswa tuna rungu. Melalui pelayanan yang mereka berikan, para JBI berperan penting dalam menghubungkan dunia akademik dengan penyandang disabilitas.
Menghadapi Tantangan dalam Penyediaan Layanan JBI
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam penyediaan layanan JBI adalah kurangnya jumlah JBI yang terlatih. Meskipun pelatihan sudah tersedia, masih ada kebutuhan untuk mengembangkan lebih banyak JBI yang dapat membantu mahasiswa penyandang disabilitas.
UNP berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas ini, dengan harapan bisa menarik lebih banyak individu untuk melibatkan diri dalam pelatihan JBI. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan jaringan JBI yang solid dan mampu mendukung berbagai kegiatan di kampus.
Dengan meningkatnya permintaan akan layanan JBI, penting untuk memiliki kampanye kesadaran bagi mahasiswa dan masyarakat umum. Masyarakat harus memahami pentingnya peran JBI dan bagaimana mereka dapat membantu dalam memfasilitasi pendidikan yang inklusif.