www.pantaupublik.id – Jember menjadi saksi keindahan sebuah tradisi yang digelar oleh H. Eko Yunianto, Anggota DPRD Provinsi Jatim dari Fraksi PDI Perjuangan. Dengan semarak perayaan pergantian tahun baru Islam, ia mengadakan acara yang sarat akan budaya dan seni di halaman rumahnya.
Acara ini diadakan untuk menyambut 1 Suro dengan berbagai kegiatan, di antaranya Khotmil Quran dan santunan bagi ratusan anak yatim. Salah satu hal menarik yang digelar adalah pertunjukan kesenian REOG “Simo Wono Purwo” yang berasal dari Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember.
REOG merupakan salah satu bentuk ekspresi seni yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, dan memiliki sejarah yang kaya. Sebagai tarian yang umumnya dipentaskan di arena terbuka, REOG berfungsi sebagai hiburan rakyat dan mencerminkan kearifan lokal yang mendalam.
H. Eko Yunianto menjelaskan bahwa pertunjukan REOG adalah langkah untuk mengenalkan generasi muda pada warisan budaya. Anak-anak diajak terlibat secara aktif, baik sebagai penonton maupun peserta, sehingga mereka dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya mereka sendiri.
Perayaan Tradisi Tahun Baru Islam yang Kaya Makna
Perayaan tahun baru Islam menjadi momentum yang tidak hanya diwarnai dengan kesenian, tetapi juga dengan makna mendalam. Acara ini mempertemukan masyarakat lokal serta pengunjung dari berbagai daerah, mendekatkan tali silaturahmi di antara mereka.
H. Eko Yunianto menyebutkan pentingnya nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan merayakan tradisi ini, diharapkan masyarakat dapat merasakan sukacita dan kebersamaan dalam keberagaman.
Melalui kegiatan tersebut, H. Eko berharap bisa memberikan inspirasi agar tradisi tetap hidup dan beraan di generasi-generasi selanjutnya. Hal ini juga bertujuan untuk menguatkan rasa identitas serta kebanggaan terhadap warisan budaya daerah.
Dengan semangat tersebut, pagelaran kesenian ini tidak hanya menjadi hiburan semata. Ia juga diharapkan bisa menjadi media edukasi bagi anak-anak agar lebih memahami dan mencintai seni dan budaya mereka.
Signifikansi Budaya dalam Kehidupan Masyarakat
Kesenian tradisional seperti REOG memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk identitas masyarakat. Pertunjukan iniTidak hanya menggambarkan kekayaan seni, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam.
Dalam konteks kehidupan masyarakat, kesenian ini bisa menjadi alat pemersatu. Melalui budaya, perbedaan antara individu dapat dihapus, menggantinya dengan rasa kebersamaan dan saling menghargai.
Dengan menggandeng generasi muda, H. Eko Yunianto mendorong mereka untuk terlibat dan belajar. Diharapkan, kesenian tradisional tidak hanya dipandang sebagai artefak masa lalu, tetapi bisa dihidupkan kembali melalui partisipasi aktif masyarakat.
Pentingnya pelestarian budaya tidak bisa diabaikan, karena melalui budaya, sebuah komunitas dapat mengingat akar-akar mereka. Ini menjadi panggilan bagi semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya yang ada.
Kesempatan Menggalang Komunitas melalui Kegiatan Budaya
Acara seperti ini menawarkan kesempatan untuk menggalang komunitas yang lebih erat. Dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat, perasaan kebersamaan dan kekeluargaan dapat terbangun dengan baik.
H. Eko Yunianto berharap kegiatan ini menjadi agenda tahunan yang dinanti-nanti oleh semua kalangan. Tak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi lokal dan penggerak semangat cinta budaya.
Kegiatan ini juga memberikan ruang bagi pelaku seni lokal untuk menampilkan bakat mereka. Dengan cara ini, mereka bisa mendapatkan wahana untuk berekspresi dan lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Terlebih lagi, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ini berkesempatan untuk belajar dari para seniman senior. Mereka bisa mengambil hikmah dan pengetahuan yang didapat, menjadi generasi penerus yang lebih menghargai budayanya.
Dengan semua kegiatan yang diadakan, harapan besar tercipta bagi masyarakat. Acara ini menjadi tidak hanya sekadar merayakan tahun baru, tetapi juga merayakan hidup dan warisan budaya yang akan terus diabadikan. H. Eko Yunianto menutup acara dengan harapan bahwa tradisi ini akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi komunitas di seluruh Indonesia.